“Hebat dalam mengajar, belum tentu hebat dalam mendidik. Hebat dalam mendidik belum tentu pula hebat dalam mengajar”
. Tidak semua pendidikan adalah pembelajaran, sebaliknya tidak semua pembelajaran adalah pendidikan. Penggunaan keduanya pun seringkali tertukar.

Mengajar merupakan kegiatan teknis keseharian seorang guru, yang hasilnya dapat berupa penguasaan pengetahuan, keterampilan dan keahlian. Hasil pembelajaran dapat diukur dengan instrumen perubahan perilaku yang bersifat verbalistis. Lalu apa yang dimaksud  dengan mendidik?  Mendidik memiliki substansi  pembentukan sikap mental atau kepribadian bagi siswa. Cakupan mendidik memang lebih luas daripada mengajar, dan tidak setiap guru mampu mendidik walaupun ia hebat  mengajar.

Perubahan-perubahan mendasar dalam dunia pendidikan merupakan situasi yang harus disikapi secara sungguh-sungguh oleh para guru, meski penyesuaian terhadap perubahan tersebut tidak mudah. Cara mudah dan sederhana agar guru sukses dalam mendidik adalah melalui keteladanan. Keteladanan merupakan sikap terpuji yang diharapkan melekat pada setiap guru. Guru tidak dapat mengatakan “tidak bisa” ataupun “tidak mau”, karena hal itu bukanlah solusi.

Penting untuk diketahui bahwa model pendekatan dalam pendidikan dapat mengacu pada pendekatan Pedagogy dan Andragogy (Paulo Freire). Pedagogy adalah metode pendekatan yang menempatkan objek pendidikannya sebagai "anak-anak" meskipun usia biologisnya sudah termasuk "dewasa". Konsekuensinya adalah menempatkan peserta didik sebagai ’murid’ yang pasif, yang sepenuhnya menjadi objek suatu proses belajar, seperti guru menggurui, guru mengevaluasi, murid dievaluasi, dan sebagainya. Sementara pendekatan Andragogy adalah metode pendekatan yang menempatkan peserta didik sebagai orang dewasa, siswa sebagai subjek dari sistem pendidikan yang aktif. Fungsi guru adalah sebagai "fasilitator" bukan menggurui, dan relasi antara guru-siswa bersifat "multicommunication", dengan tetap menyertakan keteladanan dari guru.

Melalui keteladanan, siswa perlu ditanamkan pada konsep-konsep yang besar, dan mencintai tanah airnya. Sehingga apabila kelak menjadi orang sukses, maka kesuksesannya bukan untuk dirinya sendiri semata, melainkan kesuksesannya juga dipergunakan untuk membangun bangsanya.

Kepada para guru, mari segera cekat-ceket untuk  berubah di era kompetisi terbuka saat ini.

Bagikan artikel ini ke